Rabu, 06 April 2016

Munajat

Kantukku terbawa teguk kopi tadi malam. Tidak penat rasa mata bahkan selepas 6 paragraf tugas yang aku salin di laptop tua kami. Gundah apa yang membawa puisi sukma ini, menerawang wajah mu mama dan belahan jiwa
Sekonyong konyong lelah raga tertumpah dalam bulir air mata. Konflik yang cukup lama tak mampu terseka peluh raga ini.
Entahlah, aku rindu masa di mana muram durja bukan teman hari dan malam bathin ini. Sesak sesekali mengupat, mengkhianat nikmatNya.
Allah Tuhan yang Maha kuasa, sandarkan hamba di ketentuan sejatiMu.
Ridhoi pinta hamba Tuhanku yang Maha Agung lagi pengabul doa

29 Agustus 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar