Senin, 14 September 2009

Ucok Tuak

Tersebutlah seorang pemuda yang senang menghabiskan hari harinya dengan minum tuak, minuman beralkohol dari hasil pembusukan ragi di air nira. Ucok namanya, begitu biasanya orang kampung memanggil dia. Disebabkan kekhusukannya minum tuak nira yang memabukkan, Ucok mendapat gelar 'tuak' alias Ucok tuak!
Kesohoran ucok tuak mulai terdengar ke kampung seberang, menimbulkan hasrat bertanding minum dari penggemar tuak seberang! "ah..mau kutantang si Ucok itu minum tuak siang siang!", ujar Barnop. Akhirnya pada hari yang ditentukan Ucok tuak dan Barnop bertanding minum tuak di siang hari. Barnop mendatangi kampung Ucok Tuak dan membawa 2 dirigen besar untuk dihabiskan dalam pertandingan. Pertandingannya diatur sedemikian rupa, tuak hanya boleh diminum dari dirigen memakai teko ceret dan kalau ada yang terbuang dari mulut maka teko tersebut tidak dihitung. Peserta yang bisa minum dengan paling banyak teko dalam 1 jam dan tidak muntah, dia lah pemenangnya! Akhirnya Bornap dan Ucok Tuak memulai pertandingan. Teko pertama sampai ke tiga sebentar saja mereka habiskan. Mulai teko keempat Bornap sedikit kewalahan, mata Ucok semakin memerah walau masih bisa senyum sedikit. Pada teko yang kelima, Bornap tumbang, Ucok pun keluar menjadi pemenang..
Demikianlah kemahiran Ucok tuak dalam menikmati hari harinya. Baginya, tuak adalah teman hidup yang senantiasa ia andalkan untuk melewati setiap menit hidupnya.
Akhirnya ucok tuak dikenal ke negeri seberang, Ucok mulai ditawari kerja untuk mencicipi tuak mana yang 'keras' dan yang 'kurang keras' sebelum dipasarkan lebih luas..Sebagai imbalan, ucok tuak boleh mendapatkan tuak yang dia mau berapapun banyaknya setiap harinya untuk dinikmati sendiri serta sedikit uang untuk lauk pauknya sehari hari. Ini berhubung Ucok menolak imbalan uang saja dan melihat ini adalah peluang untuk mendapatkan kesukaannya secara gratis.
Ajaib memang, semua rekomendasi Ucok Tuak laku keras di pasaran! Perusahaan pembuat tuak yang tadinya kecil menjadi pelan pelan besar, ucok pun mendapatkan imbas dari hal ini.
Demikian kisah ucok tuak, sampai akhirnya Ucok mati di usia kurang dari empat puluh lima tahun di sebuah lapo tuak setelah menenggak tuaknya yang terakhir.. Konon, mayat ucok pun susah sekali dilepaskan tangannya dari genggaman teko terakhir yang dia pegang ketika meregang nyawa.
Ah..benar benar Ucok Tuak..!
(disadur dari sebuah kisah tragis yang didengar penulis dari seorang teman)

Rabu, 02 September 2009

Change the World of Someone

Karena di kantor sudah mulai beres beres untuk menyelesaikan seluruh rangkaian program paska tsunami di Aceh, saya jadi punya kesempatan lebih untuk membaca baca tulisan tulisan lepas di internet dan menuliskan kembali kesan saya terhadap tulisan tulisan tersebut.
Baru saja saya mengunjungi situs nya Kick Andy, mengunjungi page temannya Andy yang bernama Veronica Colondam. Motivasi awal untuk mengunjungi halamannya sederhana, alasan umum laki laki visual; ikonnya diwakilkan dengan sebuah foto perempuan cantik yang terlihat cerdas namun misterius! Hehehe... Mengundang rasa ingin tahu untuk mencari tahu tokoh di balik foto dan karya karyanya...Ternyata Veronika adalah seorang aktivis anti narkoba untuk anak anak jalanan (kurang lebih begitu, selain seabrek kegiatan lainnya yang dia tangani dan publikasi di profilnya)
Di salah satu tulisannya, Veronika memberi judul miskin kesempatan. Kira kira ringkasnya menceritakan tentang sedikitnya kesempatan untuk memiliki pendidikan dan keterampilan yang lebih baik dan kesempatan untuk keluar dari jalur perdagangan narkoba yang dialami oleh anak anak jalanan, khususnya di Jakarta. Kalau cerita tentang anak jalanan, narkoba dan putus sekolah, mungkin sudah sering saya dengar dan jalani. Yang menarik perhatian saya adalah ketika veronika menukilkan kata kata kampanyenya Michelle Obama untuk sang suami "CHANGE THE WORLD OF SOMEONE!"
Di salah satu pendekatan laporan program yang sukses, banyak Lembaga Swadaya Masyarakat yang menuliskan tentang kesuksesan sebuah program lewat profil seseorang yang menerima input (masukan) program; misalnya guru yang menerima pelatihan, anak yang terlibat di dalam workshop, dan lain lain. Biasanya pendekatan ini disebut 'case study'. Saya sebenarnya awam tentang metode penelitian kualitatif dan kuantitatif, namun saya kerap menanyakan keabsahan representasi kesuksesan sebuah program dari highlight sebuah 'case study'. Namun setelah membaca tulisan veronika yang mengutip Change the World of Someone, setidaknya saya tidak lagi merasa terlalu berdosa telah menuliskan sebuah case study sebagai pengakuan kesuksesan program. Karena benar memang, hidup satu orang yang terinspirasi / berubah akan berdampak pada orang orang di sekitarnya, sekecil apapun. Termasuk pelaku program itu sendiri; driver kantor misalnya..:)
Bolehlah...:)

Jumat, 24 Juli 2009

Politisasi Agama vs Politik Dominan

epat menjelang zuhur kemaren siang, saya menghadap seorang Pimpinan institusi keagamaan di salah satu kabupaten di Aceh. Beliau memanggil saya atas nama keluhan masyarakat. Katanya, acara yang kami gelar dalam rangka memperingati Hari Anak Nasional dengan tema Ayo Sekolah mengandung unsur acara yang tidak dibenarkan oleh agama, haram katanya! Beliau sempat bilang, kalau seandainya acara diteruskan dan masyarakat memprotes dengan aksi anarkis, beliau dan jajaran institusinya tidak akan bertanggung jawab!
Ditemani seorang kacung kepolisian setempat saya menghadap pimpinan institusi tersebut, untuk meluruskan masalah dan 'memohon' rekomendasi beliau agar acara dapat terus berlangsung. Singkat cerita setelah argumentasi yang panjang, akhirnya sang pimpinan organisasi yang disebut ulama tersebut hanya bilang "pokoknya kalau acaranya mengandung unsur band, itu haram dan tidak boleh dipertunjukkan di kabupaten ini!" Si kacung polisi tadi pun ikut-ikutan memback up sang 'ulama' dengan mengatakan kalau dia harus taat perintah atasan untuk membackup perkataan sang 'ulama'! Kalau tidak dia akan di sel selama 21 hari! Melihat kebuntuan diskusi, aku pun izin pulang dengan alasan akan membicarakan dengan pihak panitia acara yang lembaga kami sewa sebagai penyelenggara kegiatan. Di lapangan aku menemui teman-teman yang asli orang kabupaten setempat, serta merta mereka tertawa dan bilang waktu kampanye politik partai kemarin, banyak penyanyi dangdut yang diundang untuk menyemarakkan kampanye politik di daerah tersebut! Dalam hatiku, ini pasti ada sesuatu di belakang argumentasi haram utk pertunjukan band acara kami yang dipakai sang 'ulama'. Setelah berkomunikasi dengan panitia, akhirnya kami menempuh jalur lobi politik dan power birokrat. Mencoba menghubungi jajaran Bupati sebagai penguasa politik setempat untuk melobi sang 'ulama' akhirnya institusi kelembagaan Islam yang memang di bawah koordinasi Bupati (struktural yang berbeda dengan institusi sang 'ulama' yang fungsional / non pemerintah) meluruskan kepada sang 'ulama' bahwa tidak unsur maksiat di acara kami dan bahwa audiens dan pesan-pesan dalam musiknya melulu tentang pentingnya pendidikan untuk anak-anak!
Singkat cerita, acara bisa dilanjutkan bahkan band yang memang dijadwalkan untuk menampil membawakan lagu "ilir-ilir Kyiai kanjeng" dan "Laskar Pelangi NIDJI" boleh tampil!
Usut punya usut, ternyata sang 'ulama' kecewa karena band tradisional binaan mereka tidak kami pakai sebagai pengisi acara, sebaliknya kami mendatangkan komunitas seniman dari ibukota provinsi. Astaghfirullah...ujarku... Bagaimana bisa power menggunakan 'fatwa haram' dijadikan motif untuk mendominasi sebuah keputusan!? Politisasi agama! berang hatiku! Tidak ada satu pertunjukan dangdut pun ketika acara kampanye politik yang bisa mereka sanggah! Karena mereka kalah power dengan penguasa politik dominan!
Semoga semakin baiklah kerja institusi agama non struktural yang dipimpin oleh sang 'ulama' tersebut! Ratusan ribu umat Islam yang berdomisili di kabupaten tersebut menjadi tanggung jawab mereka. Bukannya berlapang dada dan bergiat menggemakan acara-acara kajian keagamaan yang dilangsungkan, malah mencoba menggantikan posisi Tuhan dengan menghalal haramkan sesuatu untuk kepentingan sendiri...
Semoga kita terhindar dari yang demikian...Amin...

Sabtu, 18 Juli 2009

The power of network

Beberapa pekan yang lalu aku sempat iseng2 baca catatan pinggirnya Gunawan Moehamad, judulnya "berbagi"! Tulisan yang menyita lebih dari sekedar rasa iseng utk membacanya. Mulanya Gunawan menyajikan keresahan kebanyakan orang tentang gurita kapitalisme di segala sendi kehidupan masyarakat modern. Hampir tak ada lagi peluang utk gerakan sosial massal yang memungkinkan manusia dengan manusia lainnya bersama-sama menggalang kekuatan utk saling berbagi demi kepentingan bersama, atau malah utk kepentingan berbagi saja.
Dimulai dari bangun tidur sampai tidur lagi semuanya terjadi atas dasar take and gift yang melibatkan kapital (baca= biaya materil)! Sarapan pagi beli lontong, masuk kantor bayar ongkos, pulang kantor main2 dengan anak bayar listrik, dstnya...
Sampai suatu ketika manusia memanipulasi teknologi dan menghasilkan sebuah teknologi jaringan yang disebut internet, lebih jauh lagi manusia merekayasa internet dengan hadirnya blog, situs jejaring sosial, mesin pencari atau konferensi messenger. Lewat produk2 teknologi ini, manusia mulai memunculkan kembali semangat 'giving'nya! Anda ingin mencari resep makanan atau software komputer secara gratis, tinggal tanya mbah google, ratusan bahkan ribuan jawab akan dia keluarkan! Atau misalnya ketika berlibur Anda lupa membawa kamera, tinggal minta teman Anda yang membawa kamera dan berlibur bersama Anda untuk kirim softcopy foto via email atau unduh dari page blognya atau facebooknya, sebuah kenangan indah Anda pun bisa Anda dapatkan! Lain lagi misalnya artikel atau tulisan lepas yang diunduh ke internet, dengan bebasnya Anda bisa baca, komentari, kritisi atau malah koreksi tanpa harus khawatir berapa biaya yang Anda perlukan untuk itu!
Ah.. Ternyata manusia dengan kodrat makhluk sosialnya tidak sepenuhnya kapitalis! :)

Kamis, 25 Juni 2009

Hidupku sudah sempurna bang!

Dua hari yang lalu kembali saya mengalami hal yang menarik dari perjalanan ke Lhokseumawe dari Banda Aceh. Dengan menumpang kendaraan umum jenis L300, saya dan beberapa teman dari satu almamater sekolah meninggalkan Banda Aceh sekitar jam 8 malam.
Di perjalanan ke Lhokseumawe, saya dan supir angkutan terlibat pembicaraan menarik. Dari gaya bicaranya, saya tau orangnya suka ceplas-ceplos dan menyenangi keterbukaan, saya pun demikian. Isi pembicaraan kami tak lebih dari sekitar kehidupan sehari-hari; keharusan bang Supir menjalani kehidupan tidur di siang hari dan bekerja malam hari selama 7 tahun belakangan sampai dengan pilihannya untuk pilpres mendatang.
Bang Supir bilang dia berasal dari suku Batak marga Simbolon, tapi sangat fasih berbahasa Aceh dan sempat mengajak saya berbahasa karo yang saya langsung alihkan ke bahasa Indonesia :)
Ketika bang supiir bercerita tentang kerasnya tantangan hidup yang dia hadapi, saya sempat berkata di dalam hati "ah..tak beda jauh koq bang tantangan hidup kita. hanya barangkali beda-beda jenis tantangannya." Kemudian bang supir cerita bagaimana dia harus jualan di pagi hari di pajak pagi Medan dan bersekolah dengan biaya sendiri di siang hari karena sudah ditinggal meninggal orang tuanya sejak dia kelas IV SD. Singkat cerita, dia bisa menamatkan sekolah sampai tingkat SMA.
Pembicaraan menjadi menarik, karena saya tidak merasakan sedikitpun kesedihan atau keluhan ketika dia membagi cerita hidupnya, ekspresinya lepas..ekspresinya ringan
"Sudah sempurna hidupku sekarang bang!," demikian katanya. Bang supir dengan bangganya bercerita bagaimana dia sekarang mensyukuri hidupnya sebagai supir L300 yang beristrikan seorang bidan dengan 1 anak laki-laki. Sederhana sekali bentuk kesempurnaan yang dia artikan, begitu menyejukkan ketika mendengarnya...
Aku bergumam, memang semuanya menjadi indah ketika kita mensyukuri dan menikmati keindahan itu, walau kebahagiaan itu sesederhana kemewahan yang dimiliki bang supir! Kekayaannya membuatku iri dan bercermin..
-Tabik-

Senin, 27 April 2009

Sholat Jum'at di kampung saya...

Ditulis pada tanggal 27 April 2009, di Lhokseumawe, Aceh

Waktu kecil almarhum papa sering mengajak saya sholat Jum'at di Masjid yang didirikan oleh Atuk (kakek) di sebuah kampung yang bernama Sei Segiling. Kebiasaan ini, alhamdulillah terbawa-bawa oleh kami para anak lelaki papa walau dia telah berpindah alam. Saya ingat sekali bahwa papa akan mendiamkan komentar saya yang bertanya kenapa kita harus ke kampung hanya untuk Jum'atan dan melewati banyak mesjid di perjalanan antara rumah kami dengan mesjid di kampung. Papa biasanya cuma bilang, papa lebih sreg di sana...
Pendidikan agama yang sempat saya pelajari di sebuah pesantren 'modern' di Medan membuat saya sering bertanya-tanya tentang perihal bahasa khutbah yang digunakan di masjid di kampung saya itu. Bagaimana bisa pesan Jumat disampaikan ke pendengar jika khutbahnya disampaikan dalam bahasa Arab?
Di masjid di kampung saya, biasanya, selesai sholat Jum'at, kami tidak langsung beranjak dari Masjid, karena keluarga paman saya yang sekarang meneruskan pengajian dari Atuk akan membagikan secangkir teh atau kopi kepada seluruh jamaah dan sesekali ditemani dengan gorengan atau makan nasi / lontong jika ada yang berhajat sedekah. Sembari menikmati minuman dan makanan, paman akan bercerita tentang penggalan hikmah-hikmah; adab, ushul, manthiq, dll. Biasanya pesan-pesan sekitar kehidupan kita di dunia dan setelah dunia; berbakti kepada orang tua, menuntut ilmu dan kewajibannya, sampai masalah-masalah fiqih. Alhasil, biasanya jama'ah akan pulang dengan rasa tentram serta perut kenyang karena lahir dan bathin kami diperkaya olehNya sebab paman. Sunnguh suasana yang sangat menentramkan.
Saya kemudian bergumam, seandainya seluruh masjid punya tradisi seperti ini. Orang mungkin tidak akan cepat-cepat meninggalkan masjid ketika selesai Jum'at. Orang tidak akan membicarakan politik dan seluk beluk duniawi di forum masjid seperti Jumat. Saya tidak perlu risau jika khutbah Jum'at disampaikan dalam bahasa Arab, toh orang tetap merasa tentram sepulang Jum'atan.
Sempat sekali saya bertanya pada paman seputar khutbah Jum'at dalam bahasa Arab, dia kembali bertanya pada saya: " Santri, menurut kamu rukun Jumat ada berapa? apakah Khutbah Jum'at termasuk dalam rukun atau syarat?" Saya kemudian mencoba menjawab bahwa rukun Jum'at saya tidak tahu ada berapa lengkapnya dan bahwa khutbah Jumat adalah termasuk rukun Jumat.
Paman lalu menjelaskan bahwa, berbeda dengan khutbah 'Id, khutbah Jumat dilaksanakan sebelum sholat dilaksanakan dan dia termasuk rukun yang berbeda dengan khutbah 'Id sebagai syarat. Dan karena rukun sholat tidak ada satupun yang menggunakan bahasa di luar bahasa Arab, makanya khutbah Jumat kita jaga di sini dalam bahasa Arab, bahkan teksnya tidak pernah kita ganti. Karenanya, orang yang terlambat masuk Jum'at sesudah khatib naik mimbar, maka dia kehilangan kesempatan untuk sholat Jumat. Wallahu A'lamu bisshawwaab.
Ah.. saya rindu untuk bisa kembali sholat Jumat di sana. Permudahlah ya Allah..

Jumat, 24 April 2009

Apa salahnya memuja Rasulullah?

Ditulis pada tanggal 24 April 2009 di Lhokseumawe, Aceh

Di perjalanan dari Lhokseumawe menuju Banda Aceh kemaren, saya dan seorang teman tiba-tiba terjebak di pembicaraan tentang menangis di depan makam Rasulullah Sallallahu 'Alaihi Wasalam. Saya terkejut ketika mendengar dari teman saya bahwa orang Islam yang menangis di depan makam Rasululullah di Masjid Nabawi akan dipukul oleh 'Askar' masjid dari kerajaan Saudi? Betapa sedih dan terhenyak saya mendengar informasi ini! Bagaimana boleh, kita dilarang untuk mengekspresikan rasa cinta kita kepada junjungan alam; Rasululullah Muhammad Sallallahu 'Alaihi Wasalam!
Mencintai dan memuja seseorang yang menghabiskan seluruh waktu dan bahkan nyawanya untuk kepentingan umatnya demi tegaknya sebuah kebenaran yang hak dan absolute sehingga saya, Anda dan kita semua bisa mencari dan menikmati hidup yang hak di zaman ini!
Sangat humanis, seseorang yang memuja sesuatu, akan memberikan seluruh rasa dan bahkan nyawanya untuk yang dipuja! Banyak fakta sejarah yang mengajarkan kita tentang hal ini; mulai dari yang sangat populer; Kisah cinta matinya Romeo dan Juliet, atau tragedi meninggalnya ratusan penggemar Liverpool di tahun 80an karena membela kekalahan Liverpool, atau yang sering kita jumpai di koran-koran pos metro tentang matinya seoang laki-laki atau perempuan karena putus cinta? Apalagi pemujaan itu ditujukan kepada yang hak: Allah dan Rasulnya! Kematian Siti Masyitah di kancah kualinya Fir'aun, sabarnya Bilal bin Rabbah atas himpitan batu kaum Quraish, dan lain-lain..
Banyak memang yang menyalah artikan makna pemujaan! Bahwa yang boleh dipuja hanya Allah, bukan manusia lain walaupun berpredikat nabi serta Rasul. Hanya saja saya selalu bertanya, bagaimana bisa sebuah hukum Allah dapat terjadi tanpa sebab! "Likulli syaiin sababa!" Segala sesuatu akan terjadi karena sebab! Rasululllah SAW menjadi penyebab tersampaikannya kesempurnaan hukum Allah. Seperti halnya orang tua menjadi penyebab terlahir dan tumbuhnya seorang anak. Apa yang salah dengan mencium tangan ibu atau ayah kita? Atau menangis di makam mereka (jika mereka sudah tiada)?
Seandainya aku sampai di makammu nanti ya Rasulullah..izinkan aku tetap menangis sebagai bentuk kerinduanku walau pukulan harus kuterima!
Wallahua'lamu bisshawwaab!