Di beranda rumah guruku aku dan beberapa anggota jema'ah sholawat duduk
mendengarkan guru bercerita. Kejadian itu selepas pembacaan sholawat dan
menyantap beberapa potong penganan lemang serta kue-kue lainnya
ditemani secangkir kopi atau teh. Suasananya malam, hening, tentram
karena baru saja selesai membacakan sholawat untuk nabi...
Di
tengah-tengah perkataannya, guruku melontarkan sebuah kata-kata hikmah;
"orang yang tahu adalah dia yang tak tahu, sedangkan orang yang tak tahu
adalah dia yang tahu.."
Lama aku dan beberapa jama'ah memahami makna
hikmah ini, bahkan sampai saat aku menuliskan catatan ini masih saja
aku merenungi maknanya. Ah..sungguh dalam teka-teki makna hikmah ini.
Seiring
berjalannya waktu, dan kehidupan yang dilalui, akhirnya aku banyak
menemui sosok manusia yang seperti digambarkan guruku. Bahwa orang-orang
yang bersahaja, tidak terlalu banyak mengekspos opini-opininya ternyata
lebih memberikan manfaat bagi orang-orang sekitarnya. Misalnya sosok
paman yang sekaligus guruku ini, sepanjang yang kuketahui, dia bahkan
tidak ingin dituliskan biografinya sebagai salah satu tokoh di kota kami
tinggal. Biasanya, dalam kehidupan yang 'modern' ini, profil orang
seperti beliau akau sangat laku ketika dituliskan dalam bentuk buku.
Jarang sekali beliau mengomentari tentang istilah demokrasi,
kepemimpinan, thinking out of box, dll istilah modern yang sangat
dikagumi orang2 generasiku. Namun pada kenyataannya, dalam beliau
bertutur, dalam beliau menanggapi pengaduan kami sungguh sangat solutif
dan jauh dari menghakimi. Beliau terang-terangan menolak untuk diangkat
menjadi Ulama di kota kami dan apalagi menjadi penasihat di partai
politik serta di lembaga kepresidenan sekalipun! Seluruh hidupnya dia
dedikasikan untuk kemaslahatan murid-muridnya.
Atau misalnya
mengambil contoh Rasulullah SAW, dalam banyak tulisan sejarah Islam,
nabi Muhammad dikenal sebagai seseorang yang 'Ummi' artinya tidak bisa
baca tulis! akan tetapi kebutaaksaraan nabi (baca ketidaktahuannya)
membuktikan hal sebaliknya! Bahwa beliaulah perantara tersampaikannya
kalam Allah, penyempurna ilmu pengetahuan yang ada di dunia, pemimpin
yang dipuja sepanjang masa! Belum ada satu pun pemimpin dunia yang bisa
teguh pada prinsip hidup sederhananya di tengah-tengah jaya dan
makmurnya (secara keuangan dan materiil) kekuasaan Islam masa itu.
Rasulullah SAW bukan seorang PhD dari Univ ternama pada masa itu (konon
pada masa itu sudah berdiri maktab-maktab sastra dan filsafat ternama
yang ada di jazirah Mesir dan Mesopotamia), namun perkataan-perkataan
nabi yang kemudian dibukukan sebagai hadist memiliki nilai sastra yang
jauh lebih dahsyat dari misalnya semboyan 7 wondersnya Dale Carnegie,
atau tulisan-tulisan Socrates tentang Plato di buku-bukunya!
Yang
paling dekat dan sedang membooming adalh masa menjelang PILPRES di
Indonesia sekarang. Banyak sekali orang-orang yang kelihatannya sangat
cerdas dalam beropini, akhirnya ketahuan juga motifnya untuk kekuasaan.
Angka Golput di Pemilu Legislatif adalah gambaran banyaknya orang yang
tidak (belum) percaya pada sistem politik di negara ini. Orang-orang
yang katanya tahu arti demokrasi ternyata tidak tahu bagaimana
mengejewantahkan demokrasi itu dalam pembuatan platform partai,
pengangkatan isu kampanye, koalisi, dan lain-lain dan lain-lain..
Ah..sebaiknya saya berhenti, sebelum saya pun menjadi orang yang (merasa) tahu padahal tidak tahu..
A'udzubillah min dzalik..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar