Tersebutlah seorang pemuda yang senang menghabiskan hari harinya dengan
minum tuak, minuman beralkohol dari hasil pembusukan ragi di air nira.
Ucok namanya, begitu biasanya orang kampung memanggil dia. Disebabkan
kekhusukannya minum tuak nira yang memabukkan, Ucok mendapat gelar
'tuak' alias Ucok tuak!
Kesohoran ucok tuak mulai terdengar ke
kampung seberang, menimbulkan hasrat bertanding minum dari penggemar
tuak seberang! "ah..mau kutantang si Ucok itu minum tuak siang siang!",
ujar Barnop. Akhirnya pada hari yang ditentukan Ucok tuak dan Barnop
bertanding minum tuak di siang hari. Barnop mendatangi kampung Ucok Tuak
dan membawa 2 dirigen besar untuk dihabiskan dalam pertandingan.
Pertandingannya diatur sedemikian rupa, tuak hanya boleh diminum dari
dirigen memakai teko ceret dan kalau ada yang terbuang dari mulut maka
teko tersebut tidak dihitung. Peserta yang bisa minum dengan paling
banyak teko dalam 1 jam dan tidak muntah, dia lah pemenangnya! Akhirnya
Bornap dan Ucok Tuak memulai pertandingan. Teko pertama sampai ke tiga
sebentar saja mereka habiskan. Mulai teko keempat Bornap sedikit
kewalahan, mata Ucok semakin memerah walau masih bisa senyum sedikit.
Pada teko yang kelima, Bornap tumbang, Ucok pun keluar menjadi
pemenang..
Demikianlah kemahiran Ucok tuak dalam menikmati hari
harinya. Baginya, tuak adalah teman hidup yang senantiasa ia andalkan
untuk melewati setiap menit hidupnya.
Akhirnya ucok tuak dikenal ke
negeri seberang, Ucok mulai ditawari kerja untuk mencicipi tuak mana
yang 'keras' dan yang 'kurang keras' sebelum dipasarkan lebih
luas..Sebagai imbalan, ucok tuak boleh mendapatkan tuak yang dia mau
berapapun banyaknya setiap harinya untuk dinikmati sendiri serta sedikit
uang untuk lauk pauknya sehari hari. Ini berhubung Ucok menolak imbalan
uang saja dan melihat ini adalah peluang untuk mendapatkan kesukaannya
secara gratis.
Ajaib memang, semua rekomendasi Ucok Tuak laku keras
di pasaran! Perusahaan pembuat tuak yang tadinya kecil menjadi pelan
pelan besar, ucok pun mendapatkan imbas dari hal ini.
Demikian kisah
ucok tuak, sampai akhirnya Ucok mati di usia kurang dari empat puluh
lima tahun di sebuah lapo tuak setelah menenggak tuaknya yang terakhir..
Konon, mayat ucok pun susah sekali dilepaskan tangannya dari genggaman
teko terakhir yang dia pegang ketika meregang nyawa.
Ah..benar benar Ucok Tuak..!
(disadur dari sebuah kisah tragis yang didengar penulis dari seorang teman)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar